INKLUSIF KOMUNITAS “MONGEMO” BERBASIS KONSERVASI
Selasa, 08 Mei 2018
Comment
Komunitas adat To Kulawi Uma di Moa merupakan komunitas adat
yang secara administrasi masuk dalam wilayah Kecamatan Kulawi Selatan. Meskipun
demikian kebudayaan yang ada di desa Moa tidak dapat dipisahkan dengan
kebudayaan “Topo Uma” yang ada diwilayah
Kecamatan Pipikoro. Konon bahwa terbentuknya sebuah komunitas adat di Moa
berawal dari datangnya, seoarang pemuda bernama Sugi yang suka berburu di
wilayah tersebut dan memutuskan-
untuk tinggal dan menetap di wilayah Moa. Sugi adalah anak
dari kepala suku yang bernama Sangkila dari daerah Lempe Pangana desa Banasu yang
hari ini telah menjadi kampung tua di wilayah Pipikoro. Bahasa sehari–hari yang
digunakan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa “Uma”, seperti halnya kebiasaan komunitas Topo uma yang ada di wilayah
Pipikoro.
Beberapa
kebiasaan komunitas adat “Topo uma” di Pipikoro yang juga kita bisa lihat di
desa Moa salah satunnya adalah aktivitas “Mongemo”.
Kegiatan ini adalah usaha mencari emas di sepanjang sungai lariang atau
disekitar sungai kecil yang dianggap berpotensi memiliki kandungan emas dengan
cara bersama-sama. Alat – alat yang digunakanpun semuanya masih serba tradisional
yang bahan bakunya semua terbuat dari kayu.
Aktivitas ini
adalah merupakan rangkaian dari siklus kegiatan yang dilakukan sesudah selesai
menanam padi di kebun ladang. Sembari menunggu musim panen, masyarakat Moa
selalu melakukan kegiatan ”mongemo”
sebagai alternatif untuk menunjang kebutuhan ekonomi rumah tangga. Sebelum
malakukan aktivitas “mongemo”,
komunitas adat di Moa terlebih dahulu akan melakukan upacara adat dengan
menyembelih seekor babi, setelah itu babi akan dimasak untuk dimakan secara bersama-sama
seluruh masyarakat Moa. Upacara ini diyakini sebagai ritual adat “Merapi hi Karampua tana bo langi”,
(Meminta kepada yang memiliki kuasa atas tanah dan langit) agar dalam berusaha
“mongemo” bisa mendapatkan hasil dan terhindar
dari segala bahaya.
0 Response
Posting Komentar